Selasa, 25 Januari 2011

Perjuangan Adik Lelaki Kami!

0 komentar
Tulisan pertama di blog ini aku buat untuk adikku tercinta.
" Lee ", begitu aku biasa memanggilnya * Lee = Tolee, Panggilan anak lelaki dalam bahasa Jawa. 
Sekitar pertengahan tahun adikku ini lulus dari D3 Teknik Otomotif UNY, setelah kuliah yang ia tempuh cukup lama untuk standard D3, akhirnya lulus juga dia, perasaan lega bukan hanya miliknya tapi milik kami smua, keluarga kami.
Setelah lulus beberapa bulan dia nganggur, PP Jogja - Nungki dia jalani tiap minggu, layaknya masa2 kuliah dia, keadaan seperti itu membuat kleuarga kami meminta dia unutk tinggal di rumah saja, sembari menyebar lamaran pekerjaa.

Suatu siang dia SMS aku dia dapat  panggilan buat di dari AHM di Sunter. Dia pun meminta pertimbangan ke aku untuk datang tes atau tidak. Dengan semangat 45 pun aku mengiyakan dan menyuruhnya beli tiket ke Jakarta. Tapi rupanya rejeki di AHM belum menjadi miliknya, dia kandas di tes pertamanya, sungguh ironis memang. "Sabar Lee, lagi sekali tes, mbak mu iki mbiyen berkali2 baru dapat", Kukatakan dengan semangat 45 untuk memompa semangatnya ketika itu.

Angin segar pun menghampiri, ada tawran kerja di perusahaan tempat Om kami kerja.
Dengan diskusi panjang dengan keluarga akhirnay adik kami mengambil kesempatan itu.
Dari sinilah perjalanan dia dimulai.
Adik kami bekerja di salah satu perusahaan inspeksi, lebih tepatnya perusahaan inspeksi dengan metode NDT * Non Destructive Testing. Dia ditempatkan di Proyek Paiton, Situbondo, dengan diiringi tetesan air mata kulepas kepergiannya di terminal Lebak Bulus.
Sesampainya di sana dia ceritakan begitu kerasnya dia harus bekerja di proyek, mungkin sangat berat bagi dia, karena sebagai anak bontot, dia paling manja diantara kami bertiga.
Karena sebagai perusahaan inspeksi proyek, pekerjaan dia dilakukan malam hari, ketika orang proyek sedang tidak berkerja, ini jadi satu alasan kenapa dia sangat berat menjalani pekerjaan malamnya. Dia bekerja sebagai helper untuk operator penembak film, dia harus mengangkat camera seberat 25 Kg dari boiler satu ke boiler yang lain di tengah malam buta, bahkan diwaktu hujanpun dia harus bekerja, tidak ada satu hari pun untuk libur. Malamnya dia habiskan di boiler di ketinggian 40m. Dia layaknya kalong aja, bekerja di malam hari dan tidur di sinag hari, bagi yang tidak biasa hal seperti ini bisa membuat "sumpek" pikiran.

Setelah 3 bulan bekerja, dia dipanggil kantor pusat untuk mengikuti Abtitude tes untuk sekolah OR dan AR, dia pun datang ke Jakarta. Kisah lai pun dia ceritakan ke aku, bagaimana beratnya dia bekerja, satu hal yang aku baru tahu, ternyata dia setiap malam berkutat dengan radiasi isotop yang begitu berbahaya bagi kesehatan manusia. Dia menunjukan video2 bagaimana paparan radiasi itu mengancam raganya. Dia semapt diare dan juga muntah2, hanya tetesan air mata yang membahasi pipi ketika melihat betapa beratnya perjuangan dia, malam itu kuaktakan dengan terisak2, "Lee sudahlah berhenti bekerja aee, itu bahaya banget", dia pun menjawab " Ga po2 mba, ta coba meneh sek".
Sebenarnya aku ga melihatnya harus bekerja di tempat seperti itu, dia masih sangant muda, perjalannya masih panjang, tapi apa boleh buat dia sendiri sudah memutuskan untuk tetap menjalani pekerjaannya itu.

Hanya bisa kuucapkan "Sabar lee, mungkin suuatu hari nanti kamu akan mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Yakin itu Lee dan jangna lupa tetap dirikan Sholat !

Jakarta, 25 Januari 2011